Silaturahmi Kerja Nasional Forum Direktur Pascasarjana (Fordipas) IX tahun 2022 masih digelar di Bali |
Hadir pada acara pembukaan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdani, S. TP, MT., Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Dr. Imam Syafi'i, M.Pd., Ketua Fordipas Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Ketua Panitia Silaknas FORDIPAS dan INCOILS Prof. Dr. H. Fahrurrozi, MA Direktur Pascasarjana UIN Mataram dan hadir seluruh Direktur Pascasarjana Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia.
Selain itu hadir juga rombongan dari Pascasarjana UIN Mataram yaitu semua kaprodi dan sekprodi sebagai tuan rumah yang terlibat sebagai panitia International Conference on Islam, Law, and Society (INCOILS) II tahun 2022 yang merupakan bagian dari agenda Silaknas Fordipas IX PTKIN.
Ketua Fordipas Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag dalam sambutannya saat pembukaan acara menyampaikan bahwa dalam Silaknas Fordipas IX PTKIN ada dua hal yang akan di bahas pertama tentang degree/dual degree bersama universitas luar negeri. Kedua akan membahas tentang Body of Knowledge (BOK). Perlunya membangun bahkan megadu argumentasi BOK seluruh prodi-prodi yang lahir dari Kementerian Agama agar tidak diambil alih oleh Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) lain.
“Saya kira kita semua para professor ikut bertanggung jawab untuk membangun Body of Knowledge (BOK) unutuk semua prodi yang kita kelola. Rasanya kita sangat berat kalaa prodi-prodi kita itu diambil alih oleh LAM-LAM di luar kita. Kebetulan juga berdasarkan hasil pertemuan Fodipas bersama forum LPM se-PTKIN serta dihadiri oleh Diktis melahirkan kesepakatan untuk mendirikan LAM Keagamaan ketuanya saya sendiri dan ketua pengarah Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A.. Sehingga perlu didukung oleh Fordipas dengan memperkuat BOK”, ungkap Prof. Akhyak.
Prof. Akhyak juga menyampaikan laporan kepada Dirjen Pendis bahwa INCOILS kali ini akan memberikan nominasi artikel terbaik prodi, karena para Direktur Pascasarjana mengintruksikan pada masing-masing prodi yang di kelolanya mensubmid tiga paper, baik artikel dari hasil penelitian tesis maupun disertasi yang dikirim ke link INCOILS. “Nanti setiap prodi kita akan putuskan 10 terbaik se-Indonesia, ini sangat dibutuhkan oleh prodi untuk kepentingan akreditasi yang menjadi prestasi nasional. Kita akan tunjuk beberapa Direktur Pascasarjana sebagai penilai, artikel siapa yang akan masuk 10 besar unutk INCOILS tahun ini. Dan artikel terbaik tahun lalu sudah kita pulish di INCOILS”.
Prof. Akhyak pada kesempatan yang sama menyampaikan adanya kekosongan Sekertaris Fordipas karena sekretaris sebelumnya sudah diangkat menjadi Rektor. Kemudian forum menetapkan Prof. Dr. H. Fahrurrozi, MA Direktur Pascasarjana UIN Mataram sebagai Sekertaris Fordipas PTKIN.
Selanjutnya Silaknas Fordipas IX PTKIN dan INCOILS II di buka oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdani, S. TP, MT. dalam sambutannya beliau berharap Pascasarjana di lingkungan PTKIN tidak sekedar mewujud sebuah menara gading yang indah dipandang tetapi harus mewujud menjadi mercusuar yang mampu menerangi dunia di saat kegelapan dan mampu menjadi penunjuk arah menuju peradaban.
Menurut Dirjen Pendis, mengambil tema Social Resilience, Sharia, And State sangat relevan dengan konteks kekinian. Ketika berbicara social resilience (ketahanan masyarakat) maka layak rasanya menimbang dan membaca berbagai kondisi kemanusiaan menuju kepada paradigm yang mampu mengatasi permaslahan kehidupan sosial, termasuk pada beradaptasi pada perubahan sehingga dalam Sharia dapat melakukan rekunstruksi hukum fiqih.
Lanjut Dirjen pendis memberikan contoh, seperti melihat bagaimana ruang gerak perempun dalam fiqih klasik yang membatasi ruang gerak perempuan ketika akan menghidupkan Masjid, doktrin klasik mengatakan perempuan punya keterbatasan dalam menggunakan Masjid bahkan ketika dalam kondisi tertentu jangankan diam di masjid lewat saja tidak boleh, doktrin lainya bahwa suara perempuan adalah aurat.
Sedangkan kita melihat hari ini, lanjut Pak Dirjen menjelaskan, perempuan memiliki peran penting yang mergisi ruang rauang keagamaan; majlis-majlis ta’lim penghuninya kaum perempuan, dai-dai yang mendakwahkan syiar-syiar Islam menuju perdamain dengan wajah ceria tidak menghina dan mencerca itu kebanykan dari kaum perempuan. Maka kalua bertahan pada doktrin fiqih klasik menjadilah perempuan-perempuan itu pendosa. Disinilah pentingnya melakukan rekonstruksi fiqih kekinian bisa melalui konsep yang dikembangkan dengan istilah living fiqih, fiqih yang bergerak. Siapakah yang akan melakukan rekontruksi tersebut, disinilah peran negara harus mengabil peran-peran agar aktivitas-aktifitas keagaman dapat dilakukan oleh setiap orang sehingga lahir ketahanan sosial berlandaskan keagamaan. Oleh sebab itu, tepat rasanya ketika hari ini kita bicara tentang sosial resilience yang disandingkan dengan konsep Sharia dan yang mengantarkannya konsep kenegaraan State.
Terakhir Pak Dirjen menyampaikan harapannya agar forum ini melahirkan rekomendasi-rekomendasi yang bisa menjadi pijakan Kementerian Agama dalam mengambil setiap kebijakan, dimana dirinya menginginkan setiap kebijakan-kebijakan Kementerian Agama didasarkan dari hasil kajian ilmiah atau naskah akademik, dan bukan asal cepat keluar namun diinternalisasikan lebih dulu. Sehingga kuat pertimbangan akademik dan bisa dipertanggungjawabkan.
Selesai pembukaan dilanjutkan dengan Keynote Speech: Resilience, Sharia and State yang disampikan oleh tiga narasumber yaitu Prof. Masdar Hilmy, Ph.D Direktur Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Dr. Phil. Asep Saepudin Jahar,MA Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Prof. Dr. Phil. Asfa Widiyanto, MA Direktur Pascasarjana UIN Salatiga. Dengan dimodarori oleh Prof. Mohamad Abdun Nasir, Ph.D., Wakil Direktur Pascasarjana UIN Mataram.
Untuk hari kedua ini (02/11/2022) para Direktur PTKIN melaksanakan dialog “Local Wisdom for Religious Harmony: Lessons Learned from Best Practices in Bali” ke Kampus I Universitas Hindu NegeriI Gusti Bagus Sugriwa. Dan Parallel Session INCOILS melalui zoom meeting yaitu para peserta mempresentasikan paper yang sudah mereka submit. Jumlah peserta 293 peresenter yang dibagi menjadi 11 klaster keilmuan. Pada setiap klaster terdapat tiga sampai empat pembahas. Peserta berasal dari akademisi dari berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.
Presenter terbanyak berasal dari mahasiswa Pascasarjana PTKIN, ini dalam rangka meningkatkan mutu lulusan Pascasarjana dilingkungan PTKIN, mahasiswa terdorong untuk turut berpartisipasi pada INCOILS yang diselenggarakan oleh Forum Direktur Pascasarjana (FORDIPAS). dan berharap semoga kegiatan ilmiah ini dapat memberikan kontribusi dan kebermanfaatan kepada Pascasarjana dilingkungan PTKIN.Selanjutnya Invited Speech: Reshaping Islamic Studies in response to modern changes dengan tiga narasumber yaitu pertama oleh Dr. Mochamad Fadjroel Rachman Duta Indonesia di Kazakhstan menyampaikan tentang Research on Islam/Muslim society in central Asia and ex-Soviet Union. Kedua oleh Dr. Abdul Aziz Ahmad Duta Indonesian untuk Saudi Arabia tentang Indonesians in Saudi Arabia in the Past and Present: From Scholars to Workers. Ketiga oleh Dr. Peter van Tujil Head of NUffic NESO tentang Postgraduate studies in social science and humanities in Netherland: Nuffic NESO's.
Berikutnya presentasi tentang kaum wanita Opening Remarks disampaikan oleh Prof. Eka Srimulyani, MA. P.Hd. Direktur Pascasarjana UIN Ar Raniry Banda Aceh. Key-Note Speaker Eny Retno Yaqut dengan materi yang disampaikan tentang The Women's Challenges and Potential in Realizing Religious Moderation. Ada empat pembicara yaitu Mona Addeq, M.A tentang Communication and Social Development, Marwa Mansoer, M.Ed tentang Teacher Professionalism Development, Srelyn Hull, M. Ed tentang The Use of Game in EFL Instruction, dan terakhir Dr. Nany Soengkono Madayani, M.Pd. materi tentang The Internalization Process of English - Speaking Culture in Modern Islamic Boarding School. Concluding Remarks: Dr. Suswati Hendriani. M.Pd. M. Pd. Pascasarjana UIN Mahmud Yunus Batusangkar. Didampingi moderator Dr. Dwi Astuti Wahyu Nurhayati. SS. M.Pd Pascasarjana UIN SATU Tulungagung.
Agenda Silaknas FORDIPAS dan INCOIL diakhiri dengan diskusi-diskusi. Diskusi pertama tentang Double Degree Pascasarjana di Lingkungan PTKIN disampikan oleh Prof. Dr. H. Zaenuddin, S. Ag. MA Direktur Pascasarjana IAIN Pontianak dan Dr. H. M. Adib Abdushomad, M.Ed, Ph.D Kasubdit Pengembangan Akademik Diktis Dirjen Pendis Kemenag RI. Diskusi kedua tentang Body of Knowledge in Graduate School oleh Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag dan Prof. Dr. H Abdul Mustaqim, M.Ag. Hasil-hasil diskusi mengasilkan beberapa rekomendasi diantaranya pemetaan perguruan tinggi luar negeri yang akan diajak kerjasama dalam double degree dan terbangunya BOK yang memperkuat paradigma integrasi ilmu. (*)