Pojok jurnalis yang dilaksanakan oleh FJLT dengan tema Stunting dan Pengaruhnya pada Pembangunan SDM, menghadirkan Kadikes Lotim, Dr Fathurrahman. |
Tujuan dilakukannya Kegitan kali ini, untuk meningkatkan pemahaman wartawan (jurnalis) dalam bidang kesehatan dan membantu pemerintah untuk menekan tingkat stunting di Lombok Timur, dengan memberikan informasi kepada masyarakat tentang stunting itu sendiri.
"Teman - teman jurnalis melalui pemberitaan medianya, minimal masyarakat tau dan sadar dampak yang ditimbulkan dari stanting bila dialami sama anak," ucap Rusliadi, Ketua FJLT saat menyampaikan pengantarnya.
Kadikes Lotim, Dr Fathurrahman, menyampaikan bahwa Stunting bukanlah penyakit, melainkan malnutrisi atau kekurangan gizi, ini yang perlu diluruskan pemahaman pada masyarakat. Over weijht, dimana berat badan tidak sebanding dengan umur, yang menyebabkan diabetes, jantung dan sebagainya, Sementara Wasting (kurus) berat badan kurang tidak sebanding dengan umur.
"Stunting adalah anak kondisi gagal tumbuh pada anak berusia dibawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan inveksi berulang terutama pada 1000 (seribu) hari pertama kehidupan (HPK) atau yang disebut dengan Golden priode," ucapnya.
Diterangkan Fathurrahman, bahwa Tidak semua orang pendek itu disebut stunting, bisa saja itu pengaruh hormon ataupun keturunan. Semetara disebutkan dampak dari stunting itu sendiri yakni Gagal kembang dan gagal metoblisme. Intinya anak stunting itu dia kurus dulu, baru anak akan mengalami stunting. Dan paling patal berdampak pada otak.
"Untuk mengatasi stunting yang paling perlu di perhatikan yakni Golden Priode itu, Ibu jangan sampai sakit pada waktu hamil sampai berumur anak 2 tahun," jelasnya.
Disebutkan Fathurrahman, Ada 2 (dua) alasan stunting sangat perlu diperhatikan dan menjadi perhatian, yakni Dampak dari stunting itu sendiri, dan Banyaknya anak. Beberapa resiko diakibatkan stunting menurut beberapa study ;Penurunan prestasi pada akademik, meningkatnya resiko obesitas, lebih rentan terhadap penyakit tidak menular, peningkatan resiko penyakit degeneratif.
"Yang paling dikhawatirkan dampak dari stunting itu yakni terganggunya perkembangan kognitif dan sulit bersaing dengan anak lain seusianya, Sehingga nanti tingkat SDM akan berpengaruh pada daerah, dimana pada saat dewasa mereka akan sulit bersaing di dunia kerja," terangnya.
Untuk mengatasi kasus stunting ini yang paling perlu menurut Fathurrahman, melalui pendekatan Political conteks, yaitu peran pemerintah terutama pemerintah Daerah (Pemda) untuk menerbitkan Peraturan Daerah, Sampai ditelurkan di tingkat desa melalui peraturan desa untuk menganggarkan penanggulangan stunting itu sendiri.
"Jika semua peran berjalan dengan baik, Pemda melalui perdanya, Pemdes ditelurkan melalui Perdesnya untuk menganggarkan, dan tidak kalah pentingnya peran media untuk mensosialisasikan dampak dari stunting, maka permasalahan stunting bisa di atasi, itu sudah kita lakukan di Lombok Timur dan masih berjalan," tutupnya. (RS/Tony)