LOMBOK TIMUR Radarselaparang.com || Salah satu bukti sejarah pendudukan penjajah Jepang di Lombok dan merupakan wisata potensial bila dikelola dengan baik namun sayangnya terbengkalai dan cendrung diabaikan begitu saja, yakni Goa Jepang, merupakan salah satu dari 7 goa yang berada di Pantai Pink, Desa Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur (Lotim).Goa peninggalan Jepang salah satu peninggalan sejarah yang terbengkalai tanpa dilirik pemerintah di pantai pink
Aset mahal yang tak ternilai harganya ini seharusnya dapat dimanfaatkan untuk di kelola, karena merupakan sisa peninggalan Jepang di daerah Lotim dan memiliki sejarah panjang bagaimana kehidupan masa penjajah yang tak banyak orang yang tahu seperti apa dahulunya.
Dari informasi yang didapatkan, goa jepang yang ada di pantai pink merupakan sebuah bunker artifisial yang digunakan sebagai benteng pertahanan di wilayah selatan Lombok. Goa Jepang ini sekarang dikelola oleh PT. PT. Eko Solutions Lombok (ESL) dan belum dimanfaatkan sepenuhnya sebagai destinasi wisata.
Ahmad Turmuzi, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Kecamatan Jerowaru, menyampaikan Keberadaannya bisa saja menjadi wisata mahal, apabila di kelola akan menjadi objek wisata andalan, mengingat yang di jual bukan hanya saja asrsitekturnya yang unik melainkan juga cerita dibaliknya.
"Saat ini posisinya Goa Jepang, di pegang oleh ESL, yang sudah di biarkan begitu saja tampa ada upaya pengoptimalan dari puluhan tahun yang lalu," ucapnya saat diwawancarai media ini. Ahad (29/1/2023).
Kondisi goa Jepang potensial jadi wisata tapi cendrung diabaikan pemerintah |
"Hingga kini jika ada yang bertanya kepada kami, ya.. kita jawab seadanya, posisinya kita juga tidak bisa melarang karena bukan hak kami disana," sebutnya.
Diungkapkan Turmuzi, Goa jepang yang berada di pantai pink sendiri bukan hanya 1, namun ada 7 goa yang memiliki karakteristik berbeda beda. Namun sayangnya, saat ini wilayah yang punya kuasa atas goa jepang tersebut adalah PT. ESL.
"Dalam regulasinya memang seperti itu, ada lahan publik dan lahan usaha, lahan publik ini kita yang kelola hanya 3,5 hektar, sedang lahan usaha ini bagian dari PT. ESL, termasuk goa yang ada didalamnya," ungkapnya.
Untuk itu Turmizi berharap, goa jepang ini bisa di kelola oleh KTH ataupun masyarakat setempat untuk di lestarikan, mengingat saat ini karena kurangnya perawatan sedikit demi sedikit goa jepang itu mulai rusak imbas dari longsor yang kerap terjadi.
"Sayang sekali, bukti sejarah yang jika tidak dimanfaatkan, tidak menutup kemungkin goa Jepang itu nantinya akan hilang karena tak diurus. Apa lagi sekarang disana juga sudah mulai longsor," tutupnya. (RS)