Rahmatul Jamil, S.Tr Gz Pegawai Nakes Puskesmas Wanasaba Pencetus Inovasi Garasi Tangani Gizi Buruk Hingga Jaminkan Diri di Rumah Sakit |
Profil Nakes, Rahmatul Jamil, S.Tr Gz, Lahir 31 Desember 1980, istri Syarifa Fatimah dan dikaruniai anak 2 Putra dan 1 putri. Alamat Dusun Karang Anyar Timuk Desa Mamben Lauk. Pengalaman menjadi nakes dimana dirinya pertama menjadi tenaga Honorer di Puskesmas Rensing dari tahun 2001 - 2002, hingga dipindahkan ke Puskesmas Wanasaba sejak tahun 2003 hingga sekarang dan sudah diangkat menjadi PNS pada tahun 2014 silam. Dan sat ini diamanatkan memegang jabatan sebagai Koordinator PJ Pengembangan
Dari berbagai masalah yang dihadapi dilapangan, Rahmat panggilan akrabnya menilai penyakit gizi buruh yang alami oleh anak itu bukan tidak bisa diatasi tetapi permsalahan yang dialami petugas nakes, orang tua anak gizi buruk ini tidak mau membawa anaknya ke puskesmas, dengan alasan malu untuk diketahui oleh orang masyarakat bahwa anaknya gizi buruk.
Tetapi dengan sabar, Rahmat ditemani oleh tim kerjanya dan tak jarang Ia sendirian walau diluar jam kerja turun kemasyarakat bersangkutan untuk memberikan pemahaman, hingga membujuk orang tua anak dengan berbagai cara sesuai karakternya.
Kilas balek Rahnat, rentang Tahun 2015 hingga 2019, Diinisiasi dengan tingginya kasus stunting dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Wanasaba, Ia bersama tim melakukan sebuah geberakan untuk mengatasi masalah tersebut.
Ia mengatakan bukannya pemerintah Daerah melalui dinas kesehatan dan puskesmas berpangku tangan tidak mau mengatasi masalah ini, namun kondisi di masyarakat dengan pemahaman yang kurang hingga membuat program pemerintah mandek ditengah jalan.
Seperti yang terjadi diwilayah kerja Puskesmas Wanasaba, kasus stunting hingga gizi buruk ini masih tinggi disaat itu, kendala petugas lapangan dibenturkan dengan adanya penolakan masyarakat karena masih adanya mitos kepercayaan yang berkembang dimasyarakat hingga masyarakat tidak percaya dengan pengobatan dokter dan lebih percaya dengan para tokoh agama bisa mengatasi masalah kesehatan.
Dari salah satu identifikasi kendala itu, Rahmat selaku ketua tim bersama rekannya melakukan idetifikasi masalah tersebut dengan mendekati dan melakukan komunikasi intensip dengan stekholder di desa mulai dari Aparatur desa, tokoh agama, hingga tokoh masyarakat.
Rahmat menceritrakan ada kasus gizi buruk yang masih terkesan sampai saat ini yang menimpa salah satu dari anak kembar umur 11 bulan yang ditinggal merantau keluar daerah oleh orang tuannya, Dimana anak kembar itu satu dibawa ikut merantau ke kalimantan dan yang satu ditinggalkan bersama neneknya yang kondisi nenek tersebut jika dilihat dari fisik untuk merawat dirinya tidak mampu apalagi ditambah dengan merawat bayi.
Doc Photo saat sosialisasi Inovasi Garasi |
Tetapi oleh Rahmat itu bukan menyelesaikan masalah tetapi akan menambah masalah, karenanya Rahmat mencari solusi agar anak ini bisa mendapatkan perawatan yang layak.
Seiring dengan berjalannya waktu Rahmat bekerjamasama dengan desa, dan kecamatan memasukkan anak tersebut ke kelurga neneknya dan anak tersebut di bawa ke Rumah sakit, tidak putus sampai disitu, setelah tersebut dirawat sementara di puskesmas Wanasaba dan setelahnya dirawat intesif di Rumah Sakit Umum (RSUD) Soedjono Selong beberapa minggu.
Sepulang anak tersebut dari RSUD, Rahmat walau diluar jam kerja dirinya selalu memantau perkembangan anak tersebut dengan mendatangi rumah nenek si kembar. Dengan tekun dan rutin memberikan vitamin dan makanan tambahan hingga anak itu perlahan membaik dan bertumbuh kembang.
Dikatakan rahmat, anak tersebut sekarang sudah masuk Sekolah Dasar (SD), jika bertemu anak tersebut selalu mengejarnya untuk sekedar salam dan memelukny. "Ada perasaan puas dan harau bila ketemu anak itu sampai sekarang, karena anak itu dari keluarga tidak mampu terus ditinggal orang tua dengan kondisi memperihatikan" ucap dengan mata berkaca-kaca saat bercerita.
Dari sanalah tercetuskan sebuah gerakan di Puskesmas Wanasaba yang disebut dengan invoasi GARASI (gerakan Sadar Asi) dimana berfungsi sebagai pemberian edukasi pada orang tua untuk memberikan perbatian pada anak-anak mereka yang masih bayi.
"Itu juga menjadi bahan saya dalam membuat skripsi S.1 di Poltekes Mataram tahun 2021. Dengan tanggapan penguji, ini yang dibutuhkan adanya invosi," ungkapnya.
Tidak sampai disitu, Pada bulan Maret 2023 kemarin ini, kembali Rahmat dihadapkan dengan kasus yang sama anak dengan kondisi gizi buruk dari keluarga tidak mampu dan broken home (orang tua anak cerai).
Diceritakan Rahmat, Dimana awalnya Ia mendapatkan laporan dari petugas kesehatan di desa tengah malam sekitar jam 23.00 WITA, bahwa anak tersebut harus bawa segera kerumah sakit, namun untuk menunggu waktu besoknya anak tersebut dirawat di Luskesmas Wanasaba terlebih dahulu.
Besoknya anak umur 5 tahun tersebut dibawa ke RSUD Soedjono Selong dengan didampingi oleh Rahmat sendiri, hingga sampai di RSUD masalah tidak selesai karena ternyata keluarga anak tersebut tidak ada. Dengan penuh keyaminan masalah akan bisa diatasi, Rahmat dijadikan jaminan di RSUD Selong. Agar anak tersebut bisa secepatnya mendapatkan perawatan.
Hingga sekarang anak tersebut selalu dipantau perkembangannya oleh rahmat dengan perwatan jalan ke RSUD, dan perkembanga sampai saat ini status anak tersebut sudah mulai membaik dan peningkatan berat badan dan kesehatan juga sudah semakin bagus.
Disampaikan Rahmat dalam menyelesaikan maslah stunting dan gizi buruk ini tidak cukup dengan pemerintah maupun lihak puskesmas, karenanya dengan mengandeng lintas sektor dan LSM juga sangat dibutuhkan.
Hingga sampai saat ini dikatakan Rahmat, Puskesmas Wanasaba menangani 14 kasus anak dengan gizi buruk, namun dari 14 anak itu meninggal 2 orang karena komplikasi, yang dinyatakan sembuh 2 orang, dan sisanya 10 orang masih proses penangan dan terus dipantau perkembanganya.
"Kabar baiknya dari 10 orang anak itu ada 3 orang anak yang terus menunjukkan perkembangan positif turun level dari gizi buruk menuju perbaikan gizi, Dikatakan anak yang 7 orang yang membuat proses penyembuhannya lambat itu karena adanya penyakit penyerta seperti penyakit jantung bawan," teranya.
Ramat percaya satu hal dalam menjalankan kewajibannya itu, walau harus bekerja diluar jam tugas, Ia selalu mengatakan "saya percaya Allah Maha Kaya" karena rata-rata anak yang gizi buruk yang ditemuinya itu dari masyarakat kurang mampu untuk ongkos hingga air minum di RSUD mereka tidak mampu, namun dengan ringan tangan mengulurkan bantuan walau apa adanya.
Untuk menakan angka gizi buruk ini, melalui puskesmas Wanasaba, Ia mendatangkan para pakar mulai dari ahli psikologi hungga dokter ahli, untuk memberikan penyuluhan dimasyarakat karena banyak dari anak penyandang gizi buruk itu orang tuanya yang broken home.
"Anak merupakan titipan Tuhan pada kita semua dan akan menjadi penerus kita dikemudian hari, Oleh karena itu harus benar-benar di pilihara dan dijaga amat titipan dari Yang Maha Kuasa itu dengan memperhatikan kesehatan , asupan gizi, kasih sayang karena mereka merupakan penerus di masa depan," pesannya.
Ditempat terpisah KTU Puskesmas Wanasaba Maskur, AMKL.ST. mengatakan Sosok Rahmatul Jamil, S.Tr. Dalam menjalankan tugas menunjukkan dedikasi yang tinggi dan loyal pada pimpija, Ia merupakan yang senior 20 tahun mengabdi di Puskesmas Wanasaba sejak terangkat jadi ASN.
"Orang supel, mudah bergaul dengan semua orang dan sangat sederhana dan bersahaja tanpa dibuat. Saya kenal dia sejak masih baru masuk di puskesmas ini. Ia sosok yang supel dsn ramah pada semua orang," ungkapnya saat ditemui diruang kerjanya
Senda dengan dikatakan Kepala Puskesmas Wanasaba Budiman, S.KM. Sosok Rahmatul Jamil, S.Tr. itu orangnya disiplin dan penuh tanggungjawab, bila sudah sudah diamanahkan untuk menjalankan program, Ia dengan sepenuh hati menjalankannya.
"Saya inikan produk lama walapun baru tugaskan di Puskesmas ini, jadi saya tau siapa dia dan sepak terjangnya di puskesmas ini," pungkasnya. (RS)