Dari kiri ke kanan : Kepala Puskesmas (Kapus) Budiman, S.KM, KTU Puskesmas Wanasaba Msykur,AMKL ST, Perawat Senior Warniati, S.Kep.Ners, dan PJ UKM Syukrul Hamdi, S.Kep.Ners. |
Pada tahun 1995 Puskesmas Wanasaba, pernah dijadikan sebagai pilot projek inovator oleh pemerintah pusat dengan sukses melaksanakan program sanitasi pada masyarakat. Dimana diceritakan Naswan (pelaku sejarah yang masih hidup dan Pensiunan Puskesmas Wanasaba red) ditemani Kepala Puskesmas (Kapus) Budiman, S.KM, KTU Puskesmas Wanasaba Msykur,AMKL ST, dan PJ UKM Esensial Syukrul Hamdi, S.Kep. Ners.
Puskesmas Wanasaba saat itu dipimpin dr Nario Gunawan dimana setiap ada momonen selalu turun ke masyarakat untuk memecahkan masalah karena terjadi wabah penyakit diare di masyarakat wanasaba. Setelah melakukan penelitian dengan ditemukannya akar masalah, yakni masyarakat selalu membuang kotorannya secara sembarang tempat seperti di sungai, parit, maupun selokan, hingga ada yang kotoran di kebun tanpa harus menimbunya.
Sudah dilakukan berbagai upaya dari penyululuhan hingga memberikan stimulant bahan supaya masyarakat tidak membuang kotorannya di sembarang tempat namun hasilnya nihil.
Sehingga ditemukanlah ide untuk membuat awik-awik dimana Puskesmas bekerjasama pemerintah desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat setempat dengan isi kesepakatan bagi masyarakat yang ditemukan membuang kotorannya sembarang tempat akan diumumkan dimasjid dan mushola dan akan di denda.
Maka dilakukanlah patroli di saat-saat jam masyarakat biasanya akan membuang kotoran, dan biasanya masyarakat membuang kotoran itu pagi-pagi sekali menjelang hingga selesai sholat subuh dan siang hari.
Sesuai kesepakatan yang telah dibuat oleh para tokoh maka dilakukanlah patrol dengan membawa alat penerangan saat itu berupa senter dengan mengelilingi kampung hingga kebun maupun sungai, parit, hingga selokan untuk menginta masyarakat yang memuang kotoran tersebut.
Sesuai dengan hasil kesepakatan setiap akhir patroli bagi masyarakat yang ditemukan membuang kotorannya secara sembarangan langsung diumumkan melalui corong masjid dan musholla, dengan menyebut nama dan lokasi yang bersangkutan membuang kotoran, diumukan dua kali sehari pagi dan siang.
Sehingga dengan dilakukan itu masyarakat merasa malu dan mempunyai kesadaran untuk membuat tempat untk buang kotorannya, dan pada saat itu melalui bantuan pemerintah pusat yang sempat mangkrak karena tidak ada yang ingin membuat sanitasi (jamban red) langsung bisa teratasi dan 1000 buah jamban untuk masyarakat dengan diberikan secara gratis terealisasi sehinga secara perlahan penyakit diare bisa diatasi.
Tidak cukup sampai disitu saja, untuk lebih mengoptimalkan program itu di puskesmas Wanasaba di buat Klinik sanitasi, diamana setiap masyarakat yang sakit jika ada gejala diare akan diarahkan ke klinik tersebut dan disarankan untuk membangun sanitasi. Dengan keberhasilan untuk membuat kesadaran masyarakat untuk membuat jambat tersebut hingga di undang peresentase di Bandung oleh kementrian Kesehatan yang dihadiri seluruh perwaikilan di tiap provinsi dan kabupaten untuk dijadikan pilot projek dan diterapkan di wilayah masing-masing.
"Hingga kini klinik sanitasi di puskesmas Wanasaba masih tetap eksis dalam memfasilitasi dan bertanggung jawab untuk mempromosikan kesehatan masyarakat, mencegah penyakit, dan menjaga kebersihan lingkungan," jelas Kepala Puskesmas Budiman, S.KM saat memperjelas kisah sukses ini. Kamis (8/6/2023)
Lanjut Budiman, Klinik sanitasi memiliki peran penting dalam memastikan keadaan sanitasi yang baik untuk masyarakat dan mencegah penyebaran penyakit yang terkait dengan faktor lingkungan. Di dalam klinik sanitasi, terdapat tim tenaga kesehatan yang terlatih dalam bidang sanitasi dan kesehatan lingkungan.
"Mereka melaksanakan kegiatan seperti Inspeksi Sanitasi, Edukasi dan Penyuluhan, Pengawasan Kualitas Air dan Makanan dan Program Vaksinasi," pungkasnya. (RS)