LOMBOK TIMUR Radarselaparang.com || Pondok Pesantren (Ponpes) Saadatuddarain Nahdlatul Wathan (NW) Majuwet adakan sunnatan khasanatan (tradisi baik - red) serah retima santri dan santriwati baru tahun pelajaran 2023/2024 bertempat di aula ponpes Saadatuddarain NW Majuwet, Desa Bintang Rinjani, Kecamatan Suralaga. Sabtu (22/7/2023)
Dalam sambutannya, Ustaz Syiaruddin, S. Ag selaku Ketua Pondok menyampaikan bahwa hari merupakan hari bersejarah buat anak dengan orang tuanya, diamana orang tua menyerahkan anak tercintanya untuk di serahkan ke pondok tersantren untuk di didik menjadi anak yang handal dalam berbagai hal, baik umum terlebih ilmu agama.
"Acara ini merupakan untuk memulai sejarah untuk menyiapkan generasi handal. Atas nama pengurus Ponpes menyampaikan selamat datang kepada semua santri dilingkungan Ponpes Saadatuddarain NW Majuwet," ucapnya.
"Secara tradisi, diamana setiap ponpes akan selalu mengadakan serah terima santri baru di tiap tahun ajaran baru," lanjutnya.
Diterangkan Uztaz Syiar, bahwa Pendidikan anak itu harus di dukung dan ditunjang oleh tiga elemen yang saling melengkapi, yakni dukungan dari orang tua, anak itu sendiri, dan bapak ibu guru.
"Orang tua mendukung penuh anak baik dari segi pembiayaan dan dorongan, anak sungguh-sungguh menuntut ilmu tidak setengah-setengah, dan guru menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggungjawab," jelanya.
Dilanjutkan Ustaz syiar, betapa pentingnya acara serah terima santri baru itu bagi anak yang akan melanjutkan pendidikannya dalam dunia pendidikan karena itu akan berpengaruh psikis anak dan juga dari segi berkah.
"Kegiatan kita juga ini menjadi ajang silaturrahmi antara pengasuh baik paud, MI, dan SMP Islam dengan wali murid," terangnya.
"Mudahan dengan acara yang kita lakukan acara menjadi momen awal sukses menjadi sejarah buat anak kita dan diberkahi oleh Allah SWT," pungkasnya.
Acara serah mayung sebungul dari Wali Murid ke Pengusus Ponpes Saadatuddarain NW Majuwet |
"Begitulah sangat besarnya cinta seorang ibu pada anaknya," ucapnya.
Sesungguhnya orang tua itu seharunya tidak boleh perhitungan dalam memberikan biaya pendidikan anak, karena bagaimanapun juga keberkahan itu terletak pada keikhlasan dan ketulusan orang tua dalam membiaya anak.
"Jika pun nanti ada hal yang kurang berkenan atau tidak sesuai dengan kemampuan orang tua, mari bicarakan dengan baik dengan baik, karena itu berpengaruh pada keberkahan ilmu yangdi terima anak," terangnya.
Dijelaskan TGH Azwar, Yang namanya menyerahkan mayung sebungkul itu, menyerahkan anak secara utuh untuk dibina dan didik pada guru, jangan mengatur guru, tidak ada guru yang mau menyakiti siswa. Jika pun ada anak yang diberikan pembelajaran pada anak itu karena guru ingin anak didiknya lebih baik, pintar, dan berperestasi.
"Selaku wali murid, mari secara ikhlas kita serahkan anak kita untuk didik jangan anak karena anak pulang nangis kita datang ke sekolah intimidasi guru. Itu yang menyebabkan salah satu hilangnya barokah, Bagus cara kita menyerahkan anak, bagus yang kita dapatkan nanti pada akhirnya," pesannya.
Acara dilanjutkan dengan serah terima santri yang diwakili sesalah satu wali murid yang diterimakan oleh pengurus pondok pesantren Saadatuddarain NW majuwet dengan disaksikan oleh seluruh pengurus Ponpes, pimpinan lembaga mulai dari Paud, MI, SMP Islam, dan Asrama.
Untuk informasi bahwa istilah menyerahkan mayung sebungkul (bahasa Sasak yang artinya menyerahkan kijang satu ekor - red) merupakan tradisi yang diajarkan Guru Besar pendiri organisasi Nahdlatul Wathan, yakni Al Magfurullah Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid di kala tahun ajarn baru dimana wali murid menyerahkan anaknya kepada guru untuk dibina dan didik dengan menyerahkan sepenuhnya urusan mendidik anaknya tanpa interpensi dari wali murid. (RS)