Oleh: Sony Yunior Erlangga, M.Pd
(Mahasiswa S3 Pendidikan IPA UNS, Dosen Pendidikan Fisika UST Yogyakarta) |
OPINI Radarselaparang.com || Sampah telah menjadi masalah yang kompleks bagi masyarakat, khususnya di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Pada tahun 2023 timbulan sampah di Indonesia mencapai 23.189.959,99 ton per tahun. Dari jumlah tersebut, pengurangan sampah hanya mencapai 16,49% atau sekitar 3.824.487,07 ton per tahun, sementara penanganan sampah mencapai 50,27% atau sekitar 11.657.155,32 ton per tahun. Dengan demikian, sampah yang terkelola hanya mencapai 66,76% atau sekitar 15.481.642,39 ton per tahun, sementara sisanya, 33,24% atau sekitar 7.708.317,60 ton per tahun, tidak terkelola dengan baik. Salah satu jenis sampah yang sering diabaikan adalah sampah makanan. Kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya telah membawa dampak negatif seperti banjir, lingkungan kumuh, dan penyebaran penyakit.
Sampah terbagi menjadi dua jenis utama: organik dan anorganik. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang dapat terurai secara alami tanpa campur tangan manusia. Meskipun ramah lingkungan, jika tidak dikelola dengan benar, sampah organik dapat menimbulkan bau tidak sedap dan penyakit akibat pembusukan cepat. Contoh sampah organik meliputi kulit buah, sayuran busuk, dan kotoran hewan.
Di sisi lain, sampah anorganik sulit terurai dan dapat mencemari tanah karena sifatnya yang tidak mudah hancur. Sampah anorganik seperti plastik, botol minuman, dan kaca dapat merusak lapisan tanah jika tertimbun dalam jangka waktu lama. Salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah sampah adalah dengan mendaur ulangnya menjadi sumber energi listrik melalui Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
PLTSa merupakan bentuk pemanfaatan energi terbarukan yang memanfaatkan sampah sebagai sumber energi. Proses pengolahan sampah di PLTSa dapat dilakukan melalui dua metode utama: anaerobik dan insinerasi.
Proses anaerobik melibatkan dekomposisi biomassa secara mikrobiologis tanpa oksigen. Dalam metode ini, sampah organik dimasukkan ke dalam tabung digester, diendapkan selama beberapa hari, dan diberikan bakteri yang mempercepat penguraian. Proses ini menghasilkan gas metana, yang kemudian bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Gas metana dapat digunakan untuk menghidupkan kompor gas bagi masyarakat, atau lebih lanjut, untuk menggerakkan turbin yang terhubung dengan generator listrik. Selain itu, sisa sampah yang telah diolah dapat dijadikan pupuk organik, yang bermanfaat bagi pertanian.
Proses insinerasi melibatkan pembakaran sampah organik dan anorganik dalam tungku pembakaran. Pembakaran ini menghasilkan panas yang digunakan untuk memanaskan air di boiler, menghasilkan uap yang kemudian digunakan untuk memutar turbin yang terhubung dengan generator listrik. Selain itu, abu hasil pembakaran dapat diolah menjadi batako atau pupuk, jika berasal dari sampah organik. Dengan demikian, tidak ada bahan yang terbuang sia-sia dalam proses ini. Teknologi PLTSa tidak hanya berhenti pada proses anaerobik dan insinerasi. Alat-alat yang digunakan dalam PLTSa mencakup beberapa komponen penting seperti sistem pengumpulan sampah, sistem pengolahan awal, reaktor anaerobik atau insinerator, boiler, turbin, dan generator.
Sistem Pengumpulan Sampah
Sistem pengumpulan sampah dimulai dari pemisahan sampah di sumbernya, yaitu rumah tangga, industri, dan komersial. Sampah yang sudah dipisahkan kemudian dikumpulkan dan diangkut ke fasilitas PLTSa.
Sistem Pengolahan Awal
Sebelum masuk ke proses utama, sampah harus melalui tahap pengolahan awal. Pada tahap ini, sampah dipilah kembali untuk memastikan bahwa hanya sampah yang dapat diolah yang masuk ke proses anaerobik atau insinerasi. Sampah yang tidak dapat diolah akan diproses lebih lanjut atau dibuang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Reaktor Anaerobik dan Insinerator
Reaktor anaerobik adalah tempat di mana sampah organik diuraikan oleh bakteri dalam kondisi tanpa oksigen. Di sini, gas metana dihasilkan dan dikumpulkan untuk digunakan sebagai bahan bakar. Sementara itu, insinerator adalah tempat pembakaran sampah yang menghasilkan panas. Panas ini digunakan untuk memanaskan air di boiler.
Boiler, Turbin, dan Generator
Air yang dipanaskan di boiler menghasilkan uap bertekanan tinggi. Uap ini kemudian digunakan untuk memutar turbin. Turbin yang berputar ini terhubung dengan generator, yang kemudian menghasilkan listrik. Listrik yang dihasilkan dapat disalurkan ke jaringan listrik untuk digunakan oleh masyarakat.
Implementasi PLTSa dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat. Selain mengurangi volume sampah, teknologi ini juga menyediakan sumber energi alternatif yang berkelanjutan. Penggunaan PLTSa dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi dampak negatif dari sampah terhadap lingkungan. Selain itu, teknologi ini dapat menciptakan lapangan kerja baru dalam pengelolaan dan pengoperasian PLTSa.
Dengan adanya PLTSa, diharapkan masyarakat akan lebih sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik dan pemanfaatan sampah sebagai sumber energi dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Sampah tidak lagi dipandang sebagai masalah, tetapi sebagai potensi besar yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan bersama. (RS)
Ikuti kami di berita google